Seiring dengan program Jabar Zero New
Stunting, pemerintah Provinsi Jawa Barat menargetkan penurunan prevalensi
stunting dapat mencapai 19,2 persen. Untuk mencapai hal tersebut, berbagai
upaya telah dilakukan seperti mengoptimalkan Sistem Pemerintahan Berbasis
Elektronik (SPBE), juga mengampanyekan konsumsi tablet tambah darah untuk
remaja putri satu tablet setiap minggu sepanjang tahun. Hal tersebut dilakukan
guna melakukan pencegahan anemia pada remaja putri yang nantinya akan menjadi
calon ibu.
Berdasarkan data Status Survei Gizi
Indonesia (SSGI) tahun 2022, angka prevalensi stunting di Jawa Barat berhasil
turun hingga mencapai angka 20,2 persen dari tahun sebelumnya yaitu 24,5
persen. Hal ini menunjukkan proses yang baik untuk mencapai target dalam
program Jabar Zero New Stunting.
Kabupaten Sumedang menjadi salah satu
daerah yang dapat dikatakan berhasil dalam memanfaatkan Sistem Pemerintahan
Berbasis Elektronik (SPBE) guna mempercepat penanganan stunting. Hal ini
terbukti dengan hasil pendataan e-PPGBM yang terintegrasi dengan sistem
platform SIMPATI (by name by adress) yang dimiliki Kabupaten Sumedang, tingkat
prevalensi stunting di Kabupaten Sumedang berhasil mencapai angka 8,27 persen.
Angka tersebut didapatkan berdasarkan 97 persen data berdasarkan nama dan
alamat dari total sekitar 76.352 balita yang ada.
Namun, hal tersebut berbanding terbalik
dengan data Status Survei Gizi Indonesia (SSGI) yang menunjukan bahwa Kabupaten
Sumedang memiliki tingkat prevalensi stunting tertinggi di Jawa Barat dengan
mencapai angka 27,6 persen.
Menanggapi perbedaan data tersebut, Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang Dadang Sulaeman menyebutkan bahwa terdapat
perbedaan data stunting yang dimiliki Pemerintah Kabupaten Sumedang dengan
SSGI.
Dilansir dari Kompas.com, Dadang mengatakan
bahwa sampel data yang diambil SSGI sangat kecil dibandingkan dengan data
keseluruhan balita di Sumedang.
"SSGI hanya berdasar pada data 636
balita dari 76.000 balita di Sumedang. Sementara, data yang dimiliki Sumedang
justru lebih baik dari data SSGI, karena mencakup semua balita di Sumedang yang
telah terdata sesuai nama dan alamat bayi itu berdasarkan by name by address," ujar
Dadang di Puskesmas Cisempur, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa
Barat, Senin (3/4/2023).
Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh
pada balita akibat kurang gizi dalam jangka waktu lama, paparan infeksi
berulang, dan kurang stimulasi. Stunting dipengaruhi oleh status kesehatan
remaja, ibu hamil, pola makan balita, serta ekonomi, budaya, maupun faktor
lingkungan seperti sanitasi dan akses terhadap layanan kesehatan.
Perbedaan antara balita normal dan stunting
terlihat dari sisi tinggi badan. Balita stunting terlihat lebih pendek dari
balita seusianya. Namun, perbedaan yang tidak terlihat antara keduanya adalah
otak anak stunting tidak terbentuk dengan baik dan dapat berdampak panjang.