Kepala Dinas Kesehatan Jawa
Barat dr. R. Nina Susana Dewi, Sp.PK(K)., M.Kes., MMRS., menjadi narasumber
dalam Pelatihan Pertolongan Pertama Kegawatdaruratan Obstetri dan Neonatus
(PPGDON) Poltekkes Kemenkes RI Provinsi Jambi jurusan kebidanan yang
dilaksanakan di Auditorium Gedung UPTD Pelaksana Kesehatan Jawa Barat Jalan
Pasteur No. 31 Kota Bandung, Senin (30/5/2022).
Dalam pemaparannya, Kadinkes
Nina mengatakan penurunan angka kematian ibu dan bayi, prevalensi stunting,
insidensi HIV serta TBC menjadi beberapa poin dalam indikator pembangunan
nasional yang ditargetkan selesai pada 2024.
“Sampai saat ini, hipertensi
dan pendarahan menjadi penyebab kematian ibu yang paling umum,” katanya.
Lebih lanjut ia mengatakan
bahwa dengan upaya yang keras dan kolaborasi dengan lintas sektor serta
dukungan organisasi profesi, Kementerian Kesehatan telah menetapkan percepatan
penurunan angka kematian ibu (AKI) per tahun sebesar 7,5% sehingga AKI pada
tahun 2024 menjadi 151 per 100.000 Kelahiran Hidup dan Angka Kematian Bayi menjadi 12 per 1000
Kelahiran Hidup pada tahun 2024.
Berdasarkan data Komdat yang
diunduh pada 11 Januari 2022, jumlah kematian ibu tahun 2021 sejumlah 1.188
kasus, dengan kasus kematian ibu tertinggi di Kabupaten Karawang sebanyak 117
kasus. Dibandingkan tahun 2020 terdapat 745 kasus kematian ibu, tahun 2021
mengalami peningkatan kasus kematian ibu sebesar 443 kasus sehingga menjadi kematian
terbanyak tahun 2021 karena dikarenakan Covid-19 dengan persentase 40%.
Kematian ibu terjadi paling
banyak saat hamil dan nifas dengan spesifikasi ibu meninggal paling banyak pada
usia reproduktif yaitu 20 – 35 tahun dan masih banyak yang di atas usia 35
tahun dengan persentase 36%.
Sementara itu, kematian bayi
tahun 2021 mengalami penurunan sejumlah 88 kasus dengan total 2.672 kasus dengan
perbandingan tahun sebelumnya yaitu 2020 terdapat 2.760 kasus kematian bayi.
Lalu, Kadinkes memaparkan jumlah
kematian neonatal di tahun 2021 mengalami peningkatan sejumlah 25 kasus
dibandingkan dengan tahun 2020 yaitu dengan total 2.252 kasus yang disebabkan bayi
berat lahir rendah (BBLR).
Di antara strategi
intervensi yang bisa dilakukan dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi menurutnya
adalah peningkatan akses layanan bagi ibu dan bayi, peningkatan kualitas
layanan kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan penguatan tata kelola.
Kolaborasi pentahelix antara pemerintah, masyarakat, akademisi organisasi
profesi, media dan dunia usaha dapat dilakukan dalam menurunkan angka kematian
ibu dan bayi.
Dalam peningkatan kualitas
pelayanan kesehatan ibu dan anak berdasarkan keterangan Kadinkes Nina meliputi
peningkatan kualitas pelayanan antenatal yang komprehensif sesuai standar dan
terintegrasi terpadu dengan LP terkait, peningkatan kualitas pelayanan pertolongan persalinan dengan
menerapkan standar asuhan persalinan normal, peningkatan kualitas pelayanan
nifas untuk ibu dan neonatal dengan mengikuti standar pelayanan dan waktu
kunjungan paling sedikit tiga kali, dan peningkatan kualitas pelayanan obstetri
dan neonatal emergensi di tingkat pelayanan dasar (Poned) dan di tingkat
pelayanan rujukan primer/rumah sakit kabupaten (Ponek).
“Presiden Joko Widodo
sendiri telah menjadikan kesehatan bagi ibu dan anak menjadi prioritas, salah
satunya juga untuk menghindari stunting. Kita perlu menjaga anak cucu kita
sebagai generasi bangsa terhindar dari stunting,” tutupnya.